Friday, September 24, 2010

Sebuah Catatan Enam Bulan: Asrama dan Mimpi Kita

Saya masih teringat apa yang bapak Hendrison katakan kepada salah satu saudara saya, Mentari Halimun, "bapak yakin, kalian bisa istiqamah" ketika ditelepon olehnya. Ketika mengetahui bahwa Mentari menelepon Pak Son pagi itu, saya sejenak terdiam, duduk, dan termenung, seraya mengingat-ingat kejadian penting yang terjadi sekitar enam bulan lalu.

Saat itu, ketika hari terakhir kami di asrama,  masih teringat jelas, betapa hati kami pilu. Memang, saat itu adalah awal dari kuasar hitam yang kelak akan memecah belah enam puluh bintang dari orbitnya. Saat dimana perjuangan tiga tahun telah selesai dan menunggu waktu, saat dimana persiapan masa depan akan diuji, saat dimana nikmat-nikmat yang tidak bisa dirasakan oleh orang-orang kebanyakan terputus, dan saat dimana kita sekarat: menunggu hidup dan matinya iman kita dalam suatu ketidakpastian. Namun, yang jelas, enam puluh bintang itu telah berjanji, mereka, walaupin tidak membentuk galaksi lagi, kelak akan memancarkan cahaya yang demikian terang, terang seterang-terangnya, agar bintang yang lainnya tahu, mereka disana, mereka bersinar, dan mereka akan berteriak, inilah saya, saya disini, dan saya akan guncang dunia ini!

Dan mereka pun berdoa agar dikumpulkan kelak di Surga-Nya...

Para bintang itu memang belum sepenuhnya tercerai. Mereka tampak terpisah, namun sebenarnya masih tersatu oleh satu ikatan rapuh: bimbingan belajar. Atau mungkin sebaiknya kalimat terakhir ini direvisi: mereka tampak masih tersatu, namun sebenarnya terpisah, karena mulai ada bintang-bintang yang, walaupun pelan, tapi pasti, telah meninggalkan orbit lamanya menuju orbit baru yang telah lama diimpikannya. Orbit baru itu terlihat sangat keren, ada yang seperti makara kuning, ada yang bergambar seperti bintang, pohon, bahkan ada yang seperti gajah. Unik bukan?

Dan saat kemenangan pun tiba...

Walaupun tidak bisa dikatakan kemenangan 100%, karena pada kenyataannya, masih ada yang gagal mencapai impiannya, tetap saja bisa disebut kemenangan, karena tahun ini para bintang itu berhasil memasuki orbit-orbit baru yang bergengsi. Dan sekarang, para bintang itu, bisa dikatakan telah resmi 90% tercerai. Kenapa 90%? Ternyata, ada beberapa bintang yang gravitasinya luar biasa, sehingga masih bisa bersatu. Contohnya saja di orbit makara. Tak kurang dari 25 bintang berkumpul di sana, walaupun di makara sendiri ada 12 suborbit, dan 2 diantara suborbit itu sendiri terpisah sangat jauh (dan ironisnya, kenapa penulis yang tersesat di sana?).

Namun, apakah yang terjadi saat mereka kini?

Entahlah...

Penulis sendiri ragu. Penulis sendiri yakin, mungkin ada dari beberapa bintang yang telah mati semangat keistiqamahannya, walaupun dalam hati penulis tidak ingin seperti itu. Tapi, pasti ada yang telah tererosi dari bintang-bintang itu. Penulis hanya berharap,

Apakah para bintang itu akan terus bersinar?
Apakah para bintang itu akan terus istiqamah dan menjaga imannya?
Apakah para bintang itu akan terus mewarnai dunia?


(Kutulis saat matahari mulai memancarkan sinarnya)