Saya bangga dengan keyakinan saya! Saya bangga dengan ke-Islaman saya! Saya bangga, walaupun untuk itu saya harus berdiri sendiri di puncak karang penderitaan, melepaskan segala angan-angan, dan berhadapan dengan ujian yang menghadang di garis depan. Tapi, biarlah! Toh aku sudah berdiri dengan tegap di jalan ini, dan kalau mundur sama dengan mati, lebih baik kutantang ujian ini hingga raga ini tak lagi sanggup berdiri. Akan kutantang kefuturan, kuhabisi kezhaliman, kukalahkan kebathilan, dan kuhancurkan kemungkaran, jika itu berarti keridhaan Rabb-nya pada hambanya yang gugur ditelan zaman. Dan sekarang, disinilah aku berdiri…
Sering orang bertanya, mengapa aku mengambil jalan yang berkerikil tajam ini. kukatakan, dengan kerikil tajam yang memenuhi jalan ini, aku akan sadar bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan belaka dan sia-sia, dan aku akan lebih berhati-hati dalam mengarungi jalan ini. Jalan kehidupan. Dan aku tidak ingin salah melangkahi jalan yang penuh tipu daya dan kefatamorganaan. Belum saatnya aku merayakan kehidupan, karena jika aku merayakannya sebelum perjalanan ini usai, aku takut kaki ini akan semakin terluka karena tajamnya kerikil dan perjalanan ini pun akan sia-sia. Dan sekarang kuikrarkan, aku tak kan berhenti lagi, jika itu artinya kekalahan yang nyata!
Sering orang mencaciku sebagai orang yang bodoh. Kukatakan, aku ingin menjadi golongan mereka yang menerangi dunia dengan ihsan di pikirannya, iman di dadanya, dan islam pada jiwanya. Aku bangga menjadi bagian sejarah itu. Aku bangga bisa mengikuti Ibnu Sina yang menerangi dunia kedokteran dengan karya monumentalnya, walau aku harus rela bangun pukul 2 malam untuk bangun, bersujud kepada-Nya. Aku bangga bisa mengikuti jejak Al Khawarizm yang menemukan sistem aljabar, walaupun untuk itu aku harus rela menghafalkan Alquran di sela-sela kehidupanku sebagai mahasiswa untuk belajar. Dan aku rela menjadi seorang Ibnu Batutah yang menjadi penjelajah dunia terbesar hingga kini, walaupun untuk itu aku terpaksa menjauhi babi, khamar, wanita, dan segala perhiasan yang dititipkan pada dunia ini. Dan sejujurnya, aku lebih rela untuk mati di Palestina bersama saudara seimanku yang kucinta, jika itu berarti surga dan kemenangan yang nyata!
Ya, aku lebih rela menginjakkan kaki di karang tajam ini, jika itu berarti lebih banyak kebaikan yang bisa kuberikan untuk bumi ini. Jika tiap langkahku berarti satu harapan baru untuk anak-anak Afghan, aku siap. Jika tetesan keringat dan air mata perjuangan ini berarti satu asa baru untuk mereka yang kini dizhalimi di pelosok dunia sana, aku bersedia. Jika tumpahan darah ini berarti perdamaian dan kesejukan yang ada bersamanya, aku rela. Karena tiap tetes peluh dan darah ini tak akan terbuang percuma, ia akan terus menjadi saksi perjuangan dan benih harapan bagi mereka yang telah kehilangan tujuan.
Aku rela mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang ini, jika itu berarti aku bisa menemukan keajaiban-keajaiban baru yang ada pada Alquran-ku. Jika aku disuruh untuk memasuki hutan yang penuh dengan liku dan tujuan semu, aku siap, jika itu berarti aku bisa mengenalkan kepada dunia tentang emansipasi wanita yang ada pada agama ini. Jika aku bisa meneriakkan bahwa agama ini bukanlah teroris seperti yang mereka katakan, aku bersedia, walaupun aku harus kembali pada kesendirianku, pada keasingan, pada ketidaktahuan, pada penderitaanku…
Jika pada ujung jalan ini aku bisa merayakan kehidupan, setelah bertahun-tahun dengan butiran keringat, darah, dan air mata…
Aku siap…
Walaupun sekali lagi harus kuteriakkan…
I’m proud to stand alone!!!
No comments:
Post a Comment