Tak penting untuk dibahas, toh juga tidak ada gunanya. Jauh lebih penting membahas tentang rengekan ketua DPR kita yang terhormat kepada bapak presiden kita yang tercinta soal debat kusir para elite di acara Jakarta Lawyers Club di salah satu televisi swasta malam lalu.
Tapi, apa iya?
Ada benarnya, dan ada juga salahnya. Benar, karena jika kita mau memahami intrik yang tengah terjadi di tengah arus analitik politik, andai seorang presiden diberikan tekanan sedemikian rupa sehingga mencapai titik kulminasi tertentu, kinerja sistem saraf perifer dan pusatnya akan terganggu sehingga tidak mampu melaksanakan fungsi fisiologisnya denga baik. Nah, ketidakmampuan tubuh sang presiden tersebut akan memicu gagalnya fungsi-fungsi faal lainnya, sehingga..... (mohon jangan samakan dengan "ketidakwarasan"). Yups, teori yang sungguh mengagumkan, tetapi sayang, itu hanya dari sudut pandang sang pemimpi yang belum tentu dikenal oleh subyek yang baru saja dibahasnya. Ahay...
Itu baru dari satu sisi benarnya. Jika dari sisi lainnya?
(lagi-lagi), kenapa anak FK ngemeng gituan?
Dan lagi-lagi, tak penting untuk dibahas. Toh tompi juga anak FK, tapi ada yang memanggilnya dengan dr. Tompi? Hahaha, lelucon baru. Yups, dan Rasulullah sendiri juga seorang pedagang, penggembala. Tetapi adakah yang memanggil beliau dengan panggilan itu? Tidak, bahkan Allah sendiri memuliakan panggilan beliau, diukir dalam kalam terindah sepanjang masa...
Allahumma shalli 'alaa muhammad...
***
Kembali ke laptop (lho?). Sedikit lagi teori. Saya mengetik tulisan ini di laptop, jadi apa salahnya?
Hahaha, dan sekali lagi (dan lagi), lupakan sajalah soal humor-humor garing ini, karena saya bukan seorang pelawak. Hm... benar sekali. Saya memang tidak punya bakat menjadi seoraang pelawak, tetapi saya ingin memiliki rasa humor yang dimiliki olehnya. Karena itu saya menulis humor-humor kering di atas. Setidaknya, ada yang mengatakan bahwa humor-humor saya lumayan bagus, dan menjadi sedikit hiburan jika saya diledek oleh ahlinya, sama seperti impian saya yang lain. Tidak muluk-muluk. Hanya ingin melihat bunga sakura mekar di bukit itu...
***
桜見丘。Sakura mioka. Hill for look sakura blossom. Sebuah bukit untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar. Ya, hanya seuntai kalimat sederhana. Sebuah untaian doa sederhana seorang anak kampung sederhana, yang ingin sekali melihat bunga itu mekar di tanah asalnya...
Jika kita mau berpikir, hanya melihat bunga sakura? Tentu tidak, saudaraku. Jika hanya itu, aku bisa menyuruh saudaraku, Indra Fahlevi, untuk membawanya pulang dari Jepang beberapa waktu lalu. Lantas, mauku apa?
Tamat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan melanjutkan studi di negara itu.
Sungguh sederhana, bukan?
***
"Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: ‘apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’ katakanlah: ‘sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.’ mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ‘sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’ katakanlah: ‘sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah maha mengetahui isi hati.” (Ali-Imran: 154)
***
Tiada yang mustahil bukan? Ya, sama seperti runtuhya rezim Mubarak, hancurnya Yugoslavia, atau krisis ekonomi Yunani. Dan bicara takdir?
Ya, memang mustahil, tetapi, sungguh, makar Allah jauh lebih baik dari makar-makar mereka...
Dan bermimpilah, karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu (Andrea Hirata)
Dan jika berbicara mimpi anak manusia, semuanya boleh bermimpi, bukan? Dan segala sesuatu itu dimulai dari mimpi. Jadi, kenapa harus malu? Napoleon saja pernah menghabiskan waktunya selama berjam-jam, menghayal, bermimpi tentag eropa yang tunduk di bawah kakinya, sampai ditertawakan oleh orang-orang di sekelilingnya.
Dan yang terjadi adalah apa yang dibayangkannya beberapa tahun silam...
Dan sungguh, Allah Maha Mendengar, maka bisikkanlah mimpi-mimpi itu, saudaraku, dalam sujud-sujud panjang kita, di penghujung malam itu...
姿を捜して 長い坂をのぼる
どこで待ってるの 早くむかえに来て
ねえ声を聞かせて この手にまた触れて
ここで待ってるよ 桜のふる丘で。。。

Kelak, bunga ini akan menjadi saksi, insya allah... Amin...
No comments:
Post a Comment